Ini pengalamanku waktu aku mau ke salah satu stasiun tv swasta di Jakarta. Waktu itu aku berangkat tanggal 7 Februari 2012. Padahal sudah lumayan lama dari tanggal penulisan cerita ini, tapi karena aku kebetulan ingat lagi sama kejadian-kejadian kemarin. Kalau ingat aku jadi pengen ketawa sendiri.hha Sebenarnya sih nggak lucu kok, cuma karena aku yang ngalamin jadi lucu saja kalau ingat.
Waktu itu dengan modal percaya diri karena aku nggak tahu transport ke sananya naik apa, aku berangkat dan coba googling trayek ke daerah Kedoya. Aku mulai dari terminal Senen, menurut mbah Google, aku harus naik beberapa bis kota pilihan. Akhirnya aku pilih bis P.106. Tadinya aku nunggu itu bis di sebrang terminal (di depan stasiun KA Senen), tapi karena ada dua orang cowok mencurigakan mendekati dan ngelihatin aku sambil ngapit. Akhirnya aku akting, pura-pura lihat jam tangan dan maju selangkah sambil tengak-tengok. Akting lagi buru-buru gitu,hhaha.... Yaudah akhirnya aku nyebrang lagi ke terminalnya dengan buru-buru menuju bisnya.
Syukur kata aku setelah ada di dalam bisnya. Dari dalam bis, aku coba lihat ke arah dua cowok tadi. Mereka ternyata saling kenal. Wah untung saja cepat kabur deh, kalau nggak aku bisa diperkosa mungkin (loh), copet maksudnya.hhaha...
Setelah nunggu cukup lama bisnya penuh, akhirnya jalan juga ini bis. Dari dalam bis itu, aku masih ngamatin dua orang tadi. Pas bis yang aku tumpangi lewatin mereka, mereka berdua melihat-lihat bisnya. Aku agak menurunkan duduk ku biar nggak kelihatan mereka.hha... selamat batinku... setelah beberapa menit perjalanan, aku sampai juga di pintu tol Kebon Jeruk. Aku turun dansedikit bingung, soalnya aku baru pertama kali ke daerah itu. Aku coba nunggu angkot B.14 di halte deket situ. Karena lama nunggu, aku coba tanya ke tukang ojeg.
“Mas, kalau mau ke Metro TV naik apa ya?”
“Naik angkot B.14 mas, tapi adanya di sebrang. Kalau mau anik ojeg aja. Saya kasih 15 ribu gimana mas? Deket kok.” tawaran tukang ojeg.
“Widih mas, mahal bener.”
“Kalau nggak naik angkot C03 (kalau nggak salah), terus nyambung naik B.14 saja mas.” Dikasih solusi sama tukang ojegnya.
“Oh, makasih mas.”
Akhirnya aku naik angkot C03 dengan percaya diri. Aku bingung nggak ngelihat angkot B.14, jadinya ngikutin terus angkot C03. Dengan cuek dan santai, yaudahlah nanti juga ngelihat. Pas nyampe suatu daerah setelah Mercubuana, jalannya macet. Itu angkot masuk ke gang-gang perumahan. Waduh aku nggak tahu tempatnya lagi, batinku. Belak-belok akhirnya sampai juga di jalan besar. Nggak jauh dari situ, ternyata eh ternyata sudah nyampe di pul angkotnya. Batinku ketawa saja,hhaha... dengan santainya aku membayar dan berjalan ke arah tadi cari angkot menuju tempat awal. Kok nggak ada angkot. Untungnya aku lewat bengkelnya dari suatu merek taksi. Dan kebetulan ada yang baru keluar, yaudah langsung ku putuskan saja buat naik taksi.
“Ke Metro TV berapa mas?” tanyaku.
“30 saja mas, baru keluar.” Jawab supir taksi.
Aku masuk dan kita menuju tempat tujuanku. Di dalam taksi kita ngobrol, awal supirnya cerita mobilnya habis dari bengkel. Soalnya penyok habis dipakai sama temennya. Sampai pada akhirnya aku ditanya.
“Rumahnya di daerah sini ya Mas?” tanya supir taksi.
“Oh, nggak mas.” Jawabku.
“Terus tempat siapa di situ?” tanya lagi.
“hmm... tempat... tempat teman mas.” Ragu-ragu aku mikir dan dengan santainya aku jawab kaya gitu. Batinku, waduh jangan bilang ini supir taksi orang sini dan tahu daerah situ. Kan bisa brabe aku. Ketahuan orang nyasarnya nanti.hhaha :D
“Oh... masnya mau ngapain ke Metro? Mau kerja ya? Atau mau lamar kerja?” tanya dia.
“hmm.. mau lamaran PKL mas.” Singkatku.
“Ke daerah sini naik apa mas?” tanya terus.
“naik angkot C03 mas.” Singkatku lagi.
“Oh dipikir naik taksi.” Berhenti tanya.
Wah gila, aku sampai bingung ditanya sama supir taksinya. Soalnya aku kan nggak mau juga dibilang nyasar. Nyasarnya parah lagi sampai pul angkotnya. Dan diangkotnya tadi banyak anak SD pula. Wah wah... parah banget. Kalau gini caranya aku naik ojeg saja tadi, 15 ribu lebih hemat dibanding taksi. Walaupun akhirnya sampai juga.
Ternyata benar nih apa yang kata orang. “MALU BERTANYA SESAT DIJALAN”. Kalau kita emang nggak tahu jalan, ya alangkah baiknya tanya sama orang yang lebih tahu disekitar anda. Jangan sampai kita nyasar cuma karena nggak tahu jalan, kaya ceritaku ini. Nah kalau dalam ceritaku pepatah yang pas adalah “MALU BERTANYA BOHONG DIJALAN”. Hhahahaha....
Salam Blangkon...