Selasa, 13 Maret 2012

Duniaku Tanpa Suara


Film dokumenter ini berjudul Duniaku Tanpa Suara. Mungkin dari namanya saja sudah bisa ditebak ya film tentang apa ini. Ya, film ini tentang kehidupan kaum tunarungu. Aku dan crew lainnya mengangkat tentang ini, karena kami merasa materi yang diangkat itu interest.

Kami penasaran dengan dunia mereka apalagi dengan bahasa isyarat tangan yang biasa mereka gunakan. akhirnya kita memberanikan untuk mengangkatnya sebagai film dokumenter.
Ini aku sertakan cuplikan film dokumenternya.




Film ini dibuat tahun lalu, tepatnya pada 23 – 24 Mei 2011. Film ini sebenarnya merupakan sebuah tugas akhir kuliah bersama temanku. Yang membuat tambah semangat adalah saat film ini dipilih sebagai film dokumenter untuk tampil di acara gelar karya kampus. Namun sayang, acara gelar karya tidak jadi digelar. Tapi yang penting terus berkarya dalam hal apapun itu semasih cakupan hal positif.

Ini beberapa foto saat produksi film ini...

stock shot

keluarga talent

saat mereka sedang memainkan musik . hebatnya mereka tahu nada dengan ketukan, walaupun pendengaran mereka kurang berfungsi.
wawancara dengan ibu talent...
saat mereka belajar menggambar


saat gurunya menjelaskan pakai isyarat
nunggu yang lagi maju ke depan papan tulis


salam blangkon...

Sebuah Usaha


Semua apapun itu pasti butuh sebuah usaha. Baik usaha rohani maupun usaha jasmani. Tapi terkadang kita akan berasa jenuh akan usaha yang kita lakukan bila tak kunjung ada hasilnya. Karena hasil dari sebuah usaha itu sendiri butuh proses yang panjang dan berliku. Bila kita bisa bertahan dari itu, kita akan dapat hasil yang luar biasa dari itu semua.

Pastinya kita pernah merasakan berada dalam posisi seperti itu. Rasa yang didapat sangat luar biasa. Sampai-sampai kita tak pernah menduganya, kalau kita bisa sampai melakukan hal seperti itu. Tapi tak jarang pula kita yang merasa tidak kuat dengan proses usaha yang kita jalani. Jadinya kita lebih memilih untuk menghentikan usaha kita dan mencari jalan lain untuk mengejar sebuah harapan kita.

Sebenarnya nggak salah kita memilih untuk mencari jalan lain, namun dengan memilih hal tersebut kita sudah melewati hal terpenting dalam sebuah usaha, yaitu kesabaran.

Di sini aku bukan mau bercerita tentang hal yang berat. Namun aku cuma ingin berbagi saja apa yang mungkin aku dan orang-orang alami.

Ya, proses panjang dan sebuah usaha itu semua saling berkaitan. Bila ada usaha pasti ada sebuah proses panjang, begitu pun bila ada proses panjang pasti ada sebua usaha yang sedang dilakukan. Aku senang melihat orang-orang yang sukses dari usaha yang mereka jalani. Dari situ kita bisa belajar bagaimana dia bisa menjadi sukses, dari situ kita menjadai termotivasi. Terkadang usahanya itu harus dihadapkan dengan pilihan. Dengan pilihan itu kita disuruh untuk fokus terhadap salah satu.

Aku pernah mengalaminya, dimana waktu itu aku bingung untuk bermain aman atau bermain otak dikit. Bila aku bermain aman, aku pasti akan keteteran untuk mendapatkannya. Dan pilihan satunya lagi bila aku bisa bermain otak aku mungkin bisa lebih cepat mendapatkannya (bukan main dukun loh ya). Ya akhirnya aku memilih bermain otak. Dengan pilihan itu saja aku rasa itu sudah termasuk sebuah usaha. Tapi tidak langsung dapat begitu saja hasilnya, masih panjang yang mesti dijalani. Aku juga pernah sampai down saat di tengah-tengah usaha yang sedang aku jalani. Rasanya benar-benar nggak enak. Tapi aku coba melanjutkan dan alhamdulillah ada hasilnya.

Memang usaha itu keluar banyak tenaga, waktu, kantong, dan pikiran. Tapi bila kita telah mendapatkan hasilnya, kita akan merasakan begitu nikmatnya usaha yang telah kita lakukan selama proses itu berlangsung.
Jadi teruslah berusaha untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Bila itu sebuah rintangan, hadapilah dan bersiaplah untuk menyambut hasil dari sebuah usahamu itu.


Salam blangkon...

Malu Bertanya Bohong Dijalan


Ini pengalamanku waktu aku mau ke salah satu stasiun tv swasta di Jakarta. Waktu itu aku berangkat tanggal 7 Februari 2012. Padahal sudah lumayan lama dari tanggal penulisan cerita ini, tapi karena aku kebetulan ingat lagi sama kejadian-kejadian kemarin. Kalau ingat aku jadi pengen ketawa sendiri.hha Sebenarnya sih nggak lucu kok, cuma karena aku yang ngalamin jadi lucu saja kalau ingat.

Waktu itu dengan modal percaya diri karena  aku nggak tahu transport ke sananya naik apa, aku berangkat dan coba googling trayek ke daerah Kedoya. Aku mulai dari terminal Senen, menurut mbah Google, aku harus naik beberapa bis kota pilihan. Akhirnya aku pilih bis  P.106. Tadinya aku nunggu itu bis di sebrang terminal (di depan stasiun KA Senen), tapi karena ada dua orang cowok mencurigakan mendekati dan ngelihatin aku sambil ngapit. Akhirnya aku akting, pura-pura lihat jam tangan dan maju selangkah sambil tengak-tengok. Akting lagi buru-buru gitu,hhaha.... Yaudah akhirnya aku nyebrang lagi ke terminalnya dengan buru-buru menuju bisnya.

Syukur kata aku setelah ada di dalam bisnya. Dari dalam bis, aku coba lihat ke arah dua cowok tadi. Mereka ternyata saling kenal. Wah untung saja cepat kabur deh, kalau nggak aku bisa diperkosa mungkin (loh), copet maksudnya.hhaha...

Setelah nunggu cukup lama bisnya penuh, akhirnya jalan juga ini bis. Dari dalam bis itu, aku masih ngamatin dua orang tadi. Pas bis yang aku tumpangi lewatin mereka, mereka berdua melihat-lihat bisnya. Aku agak menurunkan duduk ku biar nggak kelihatan mereka.hha... selamat batinku... setelah beberapa menit perjalanan, aku sampai juga di pintu tol Kebon Jeruk. Aku turun dansedikit bingung, soalnya aku baru pertama kali ke daerah itu. Aku coba nunggu angkot B.14 di halte deket situ. Karena lama nunggu, aku coba tanya ke tukang ojeg.

“Mas, kalau mau ke Metro TV naik apa ya?”
“Naik angkot B.14 mas, tapi adanya di sebrang. Kalau mau  anik ojeg aja. Saya kasih 15 ribu gimana mas? Deket kok.” tawaran tukang ojeg.
“Widih mas, mahal bener.”
“Kalau nggak naik angkot C03 (kalau nggak salah), terus nyambung naik B.14 saja mas.” Dikasih solusi sama tukang ojegnya.
“Oh, makasih mas.”

Akhirnya aku naik angkot C03 dengan percaya diri. Aku bingung nggak ngelihat angkot B.14, jadinya  ngikutin terus angkot C03. Dengan cuek dan santai, yaudahlah nanti juga ngelihat. Pas nyampe suatu daerah setelah Mercubuana, jalannya macet. Itu angkot masuk ke gang-gang perumahan. Waduh aku nggak tahu tempatnya lagi, batinku. Belak-belok akhirnya sampai juga di jalan besar. Nggak jauh dari situ, ternyata eh ternyata sudah nyampe di pul angkotnya. Batinku ketawa saja,hhaha... dengan santainya aku membayar dan berjalan ke arah tadi cari angkot menuju tempat awal. Kok nggak ada angkot. Untungnya aku lewat bengkelnya dari suatu merek taksi. Dan kebetulan ada yang baru keluar, yaudah langsung ku putuskan saja buat naik taksi.

“Ke Metro TV berapa mas?” tanyaku.
“30 saja mas, baru keluar.” Jawab supir taksi.
Aku masuk dan kita menuju tempat tujuanku. Di dalam taksi kita ngobrol, awal supirnya cerita mobilnya habis dari bengkel. Soalnya penyok habis dipakai sama temennya. Sampai pada akhirnya aku ditanya.
“Rumahnya di daerah sini ya Mas?” tanya supir taksi.
“Oh, nggak mas.” Jawabku.
“Terus tempat siapa di situ?” tanya lagi.
“hmm... tempat... tempat teman mas.” Ragu-ragu aku mikir dan dengan santainya aku jawab kaya gitu. Batinku, waduh jangan bilang ini supir taksi orang sini dan tahu daerah situ. Kan bisa brabe aku. Ketahuan orang nyasarnya nanti.hhaha :D
“Oh... masnya mau ngapain ke Metro? Mau kerja ya? Atau mau lamar kerja?” tanya dia.
“hmm.. mau lamaran PKL mas.” Singkatku.
“Ke daerah sini naik apa mas?” tanya terus.
“naik angkot C03 mas.” Singkatku lagi.
“Oh dipikir naik taksi.” Berhenti tanya.

Wah gila, aku sampai bingung ditanya sama supir taksinya. Soalnya aku kan nggak mau juga dibilang nyasar. Nyasarnya parah lagi sampai pul angkotnya. Dan diangkotnya tadi banyak anak SD pula. Wah wah... parah banget. Kalau gini caranya aku naik ojeg saja tadi, 15 ribu lebih hemat dibanding taksi. Walaupun akhirnya sampai juga.

Ternyata benar nih apa yang kata orang. “MALU BERTANYA SESAT DIJALAN”. Kalau kita emang nggak tahu jalan, ya alangkah baiknya tanya sama orang yang lebih tahu disekitar anda. Jangan sampai kita nyasar cuma karena nggak tahu jalan, kaya ceritaku ini. Nah kalau dalam ceritaku pepatah yang pas adalah “MALU BERTANYA BOHONG DIJALAN”. Hhahahaha....


Salam Blangkon...

About Me

Foto Saya
Danu Arianto
Hai... Aku memanggil diriku sendiri dengan sebutan DNA. Asalnya sih dari namaku sendiri (D)a(N)u (A)rianto. Walaupun terkesan maksa, tapi lumayan banyak yang inget sama ID-ku ini :D jadi panggil aku DNA... Namaku Danu, kalau kata mamahku. Nama Danu itu diambil dari nama salah satu tokoh peran sandiwara yang dulu masih lewat Radio, namanya Kaman Danu. Mamahku dulu suka sama cerita drama tersebut. Maka pelampiasannya itu lari ke namaku, Danu. :)) Mengapa aku memakai kata Blangkon? Ya mungkin itu jadi pertanyaan tersendiri. Di sini aku juga menjabarkan dikit mengapa aku memilih kata itu. Blangkon itu kan sebenarnya penutup kepala seperti topi, tapi versinya orang-orang Jawa. Nah, berhubungan dengan orang Jawa. Saat aku membuat blog ini, aku sedang berada di DI Yogyakarta. Kan blangkon itu sendiri menjadi ciri khas Jogja. Bentuknya pun unik dan elegan bila dipakai. Oleh karenanya aku memilih nama Blangkon. Blangkon itu penutup kepala pria khas Jawa dan DNA itu asal namaku. Jadi, Blangkon DNA itu cerita ala Danu yang menjadi ciri khas tentang kesehariannya yang unik. :)
Lihat profil lengkapku








Terima Kasih - Thank You - Matur Nuwun