Kamis, 16 Februari 2012

Proses Belajar


Kadangkala banyak orang yang tidak merasa akan kesalahan tindakannya. Seharusnya berjalan lancar namun karena ulahnya yang tak berpikir panjang dan terlalu bodoh, itu berakibat pada kinerja yang lain.

Aku punya pengalaman, dimana aku mengerjakan sebuah projek editing. Aku merasa tidak ada hambatan bila aku mengerjakannya seorang diri tanpa didampingi. Namun mengapa setiap ada si X yang menemani kok justru malah berantakan. Yang dibilang  tidak inilah, tidak itulah. Bagiku itu sangat mengganggu target kerjaanku. Yang seharusnya hari ini selesai sesuai targetku, namun malah tertunda karena ulahnya.

Sebenarnya aku bingung sama ulahnya yang justru bikin kerjaanku kacau. Dia tidak bisa memberiku apa-apa yang aku mau, tapi dia punya banyak kemauan dari aku. Aku sudah sangat sabar sama kelakuannya. Pantas saja orang mengganggap dia rendah, ya itu karena tingkahnya sendiri yang membuat citranya buruk.

Ini sudah keberapa kalinya aku tidak melakukan ngedit karena ulahnya yang aneh. Seperti aku diminta menemaninya untuk menonton sebuah acara dan meninggalkan editan, pindah tempat cuma karena tidak bisa install yang belum jelas, hingga akhirnya pindah tempat dan ternyata tempat itu tidak bisa dipakai.

Bagiku itu sudah buang waktuku saja. Aku bingung sebenarnya, editan ini memang bagian job aku. Tapi kenapa cuma aku yang ngerasa harus bertanggung jawab sama dengan hal itu. Padahal ini merupakan kerja tim, yang dari proses pra, produksi, dan pasca seharusnya dilakukan dan dipertanggungjawabkan bersama. Namun disini aku hanya merasa, mulai dari pra dan produksi saja yang dilakukan bersama. Sedangkan pascanya aku harus tanggung sendiri.

Ya memang dalam hal editing tak perlu banyak orang. Tapi setidaknya bagiku harus adanya rasa bersama. Setidaknya cukup dengan menemani saja sudah cukup. Tidak lebih dari itu. Karena kita ini masih dalam proses belajar kawan. Jadi aku anggap projek produksi ini adalah projek miliknya, bukan milik bersama.

0 komentar :

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Danu Arianto
Hai... Aku memanggil diriku sendiri dengan sebutan DNA. Asalnya sih dari namaku sendiri (D)a(N)u (A)rianto. Walaupun terkesan maksa, tapi lumayan banyak yang inget sama ID-ku ini :D jadi panggil aku DNA... Namaku Danu, kalau kata mamahku. Nama Danu itu diambil dari nama salah satu tokoh peran sandiwara yang dulu masih lewat Radio, namanya Kaman Danu. Mamahku dulu suka sama cerita drama tersebut. Maka pelampiasannya itu lari ke namaku, Danu. :)) Mengapa aku memakai kata Blangkon? Ya mungkin itu jadi pertanyaan tersendiri. Di sini aku juga menjabarkan dikit mengapa aku memilih kata itu. Blangkon itu kan sebenarnya penutup kepala seperti topi, tapi versinya orang-orang Jawa. Nah, berhubungan dengan orang Jawa. Saat aku membuat blog ini, aku sedang berada di DI Yogyakarta. Kan blangkon itu sendiri menjadi ciri khas Jogja. Bentuknya pun unik dan elegan bila dipakai. Oleh karenanya aku memilih nama Blangkon. Blangkon itu penutup kepala pria khas Jawa dan DNA itu asal namaku. Jadi, Blangkon DNA itu cerita ala Danu yang menjadi ciri khas tentang kesehariannya yang unik. :)
Lihat profil lengkapku








Terima Kasih - Thank You - Matur Nuwun