Kamis, 29 Desember 2011

Susahnya Dapat Seragam


Cerita ini sebenarnya masih berhubungan dengan cerita “Tiga Bulan Sakit Hati”, yang sudah dijanjikan pada “Tiga Bulan Sakit Hati 2. Namun dicerita ini akan lebih spesifik lagi mengenai susahnya aku dan teman-teman mendapatkan seragam.

Kalau dilihat memang hanya seragam biasa berwarna hitam. Namun bila dilihat usaha keras yang aku dan teman-teman lalui, itu sangat pedih aku rasa. Tidak mudah seperti membeli baju atau seragam biasanya. Kali ini butuh proses yang sangat panjang dan menurutku terlalu berbasa-basi.

Awalnya aku lihat seragam ini begitu keren untuk dikenakan, saat para seniorku mengenakannya bila sedang ada kegiatan. Keinginanku muncul saat melihat seperti itu. Bukan aku saja kurasa, teman angkatanku juga ingin mempunyai dan mengenakannya. Kami berharap dan berharap. Dan pada waktu itu, aku disuruh mengkordinir teman-teman untuk membuatnya (Juni 2010). Aku coba membicarakannya pada beberapa teman angkatanku. Ya kami setuju untuk membuat seragam itu. Namun siapa sangka, pada pertemuan yang keberapa. Kami dihentikan dulu dalam pembuatan seragam kata angkatan atas. Menurut mereka, kami belum pantas untuk mendapatkannya. Kami harus melalui beberapa tahap lagi untuk mendapatkan seragam itu. Kami mencoba untuk sabar, mungkin memang belum saatnya.

Pada awal tahun 2011, kami merasa sudah seharusnya kami membuat dan mendapatkan seragam itu. Karena kami beranggapan awal tahun itu merupakan agenda recruitment UKM ini. Namun ternyata tidak ada kabar tentang perekrutan itu.

Pertengahan April 2011 kalau tidak salah, kami akan mengadakan recruitment. Kami langsung segera disuruh untuk membuat seragam. Dikira buat seragam 1-2 hari bisa jadi!!! Kami disuruh untuk membuat desain, mencari anak yang ingin membuatnya, dan mencari tempat buat seragamnya.

Kami mendapatkan tempat dari anggotaku, namun karena tidak merasa ada pergerakan akhirnya kami cari tempat lainnya. Untuk kedua kalinya orang yang mencari tempat tidak ada pergerakan. Akhirnya aku dan temanku mencoba mencari tempat buat seragam di daerah Alun-Alun Utara Jogja. Kami memasuki dari toko satu ke toko satunya dari ujung ke ujung. Kami merasa sudah cukup banyak refrensi untuk buat seragam.

Besoknya kami kumpul dan membahas tentang seragam. Setelah dijelaskan, ternyata ada teman kami yang menawarkan untuk membuat di daerahnya Klaten. Setelah dijelaskan, pembimbing UKM (Dedy) menyuruhnya untuk menanyakan lebih lanjut kepada pihak penjahit dan pemesan (kami). Aku kecewa sebenarnya karena aku dan temanku itu sudah berkeliling mencari tempat yang murah dan bagus seharian, namun ia menyuruh orang mencari tempat yang lebih murah. Akhirnya kami setuju untuk membuatnya di Klaten dengan menitipkannya pada temanku itu.

Langsung saja. Waktu itu bertepatan dengan meninggal dunia Mbahnya temanku itu yang asal Klaten tadi. Kami diundang melalui SMS untuk melayat ke rumahnya di Klaten. Waktu itu aku bilang tidak ikut pada Dedy. Dia pasti selalu berkata, “kamu tuh ketua, masa kamu nggak ikut. Kamu tuh beri contoh yang baik sama teman-temanmu.” Aku samapai bosan dengan kata-kata itu. Ia selalu mengucapkannya bila aku tidak megikuti kegiatan atau acara.

Dengan pojokan dari dia, aku memutuskan ikut. Mengapa? Ya, saat itu aku dipaksa ikut dengan alasan dia untuk sekalian melihat bahan dan contoh hasil jahitan dari pembuat seragamnya itu di Klaten. Aku pikir, Dedy sudah percaya sama temanku itu dalam pembuatan seragam. Namun ternyata aku disuruh mengcek sampai harus ke Klaten.

Kami mendapatkan seragam ini dengan susah payah. Banyak yang menghalangi kita. Banyak yang terlalu berbasa-basi hingga kami harus menjadi ternak jamur mereka.

Saat perekrutan pun kami tidak menggunakan seragam, namun kami menggunakan kemeja hitam untuk menggatikan selama seragamnya belum ada.
..................

Lalu mengapa angkatan baru saat ini begitu istimewa. Mereka serba dilayani, mereka serba bersarana, mereka serba dimanja. Bertolakbelakang sekali dengan angkatanku yang harus nangis darah untuk membuat kegiatan.

Angkatan baru sekarang sedang melakukan penjadwalan untuk membuat seragam. Mungkin 1 bulan lagi mereka akan mengenakannya dihadapanku. Saat mendengar hal itu. Aku langsung menceriatakan kepada angakatan baru ini tentang usaha angkatanku dalam mendapatkan susahnya seragam.

Sebagus apapun seragam kalian dan semahal apapun itu, seragam kalian tidak bernilai di mata aku dan teman-teman...

0 komentar :

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Danu Arianto
Hai... Aku memanggil diriku sendiri dengan sebutan DNA. Asalnya sih dari namaku sendiri (D)a(N)u (A)rianto. Walaupun terkesan maksa, tapi lumayan banyak yang inget sama ID-ku ini :D jadi panggil aku DNA... Namaku Danu, kalau kata mamahku. Nama Danu itu diambil dari nama salah satu tokoh peran sandiwara yang dulu masih lewat Radio, namanya Kaman Danu. Mamahku dulu suka sama cerita drama tersebut. Maka pelampiasannya itu lari ke namaku, Danu. :)) Mengapa aku memakai kata Blangkon? Ya mungkin itu jadi pertanyaan tersendiri. Di sini aku juga menjabarkan dikit mengapa aku memilih kata itu. Blangkon itu kan sebenarnya penutup kepala seperti topi, tapi versinya orang-orang Jawa. Nah, berhubungan dengan orang Jawa. Saat aku membuat blog ini, aku sedang berada di DI Yogyakarta. Kan blangkon itu sendiri menjadi ciri khas Jogja. Bentuknya pun unik dan elegan bila dipakai. Oleh karenanya aku memilih nama Blangkon. Blangkon itu penutup kepala pria khas Jawa dan DNA itu asal namaku. Jadi, Blangkon DNA itu cerita ala Danu yang menjadi ciri khas tentang kesehariannya yang unik. :)
Lihat profil lengkapku








Terima Kasih - Thank You - Matur Nuwun