Sabtu, 24 Desember 2011

Tiga Bulan Sakit Hati 2


Kisah ini berlanjut ketika saat itu akan diadakan simulasi siaran dari berita-berita yang telah dikumpulkan. Aku dan partner peliputanku segera menyelesaikan editing. Anehnya saat itu setelah aku mengumpulkan beritanya, tapi kenapa beritaku dan teman-teman yang lain nggak ditayangkan. Malah menggunakan berita yang sudah lama. Bagiku itu sangat tidak mengahargainya sikap pembimbing itu. Pembimbing itu bernama Dedy (bukan nama sebenarnya).

Saat itu aku dan temanku meminta izin untuk nggak mengikuti simulasi siaran itu kepada Dedy.
“mas, aku nggak bisa ikut simulasi besok. Aku ikut pelatihan jurnalistik,” jelas aku.
“loh, kenapa nggak ikut? Kemarin-kemarin minta ada simulasi, kenapa sekarang giliran ada malah nggak ikut,” jawab Dedy.

Aku jujur saat itu merasa kecewa banget dengan omongan dia. Aku cuma manusia biasa, aku juga punya acara sendiri. Hidupku bukan robot yang bisa diatur sama dia.

Bertepatan dengan simulasi itu adalah agenda recruitment anggota baru. Ini merupakan tugas kami yang kedua untuk menghidupkan kembali yang namanya UKM mati di tengah jalan. Dalam proses menjelang perekrutan kami bingung akan seragam yang belum kami miliki. Karena seragam itu seharusnya sudah kami dapatkan diawal tahun. Namun karena banyak proses yang membuat lama dan terlalu berbasa-basi, akhirnya kami telat membuatnya. Nanti aku akan menceritakan secara terpisah gimana susahnya aku dan teman-teman mendapatkan seragam itu.

Dalam proses perekrutan kami hanya mendapatkan 23 anggota baru. Itu pun hingga akhir ini hanya beberapa orang saja yang mampu bertahan. Sebenarnya banyak banget cerita yang pahit dalam tahap ini, tapi aku akan cerita yang benar-benar buat sakit hati banget.

Waktu itu setelah proses tahap wawancara telah usai, kami berkumpul untuk membahas tentang hari ke-2 yaitu tahap unjuk bakat. Kami semua berkumpul saat itu. Kami membahas tentang orang yang akan menilai aksi para anggota baru tersebut. Disini kami mengalami perdebatan, ada pihak yang menginginkan dari pihak senior semua, namun ada pula pihak yang meminta agar tim penilainya berasal dari panitia sendiri semua. Dia beranggapan jika dari pihak panitia pun sudah mampu. Namun pembimbing (Dedy) nggak setuju, karena UKM ini menurutnya tak terlepas dari angkatan atas. Dengan segala perdebatan akhirnya diputuskan 50:50 agar adil.

Akhirnya semua proses recruitment selesai. Semua berjalan lancar dan tepat waktu. Karena lokasi selama perekrutan kami adakan di cafe, jadi setelah selesai kami kembali ke kampus untuk evaluasi. Aku datang telat karena menenami teman yang sedang nunggu dijemput. Setelah aku sampai kampus, langsung dimulai evaluasinya. Kami bicara satu per satu tentang kendala tiap divisi. Sampai pada akhirnya salah satu tim penilai dari angkatan atas atau senior meminta maaf jika keberadaannya menggangu dan terlihat ikut campur dalam acara ini. Aku bingung maksudnya. Tapi tim penilai senior lainnya pun berbicara. Dan aku pun tahu maksud dari omongan mereka.

Pikirku, bagaimana mereka bisa tahu tentang masalah intern panitia yang seharusnya orang lain selain panitia tidak tahu. Aku dan teman-teman lain beranggapan jika adik dari penilai itu yang memberi tahu, tapi kenyataan nggak. Yang memberitahu tentang itu semua yaitu Dedy seorang pembimbing yang mempunyai kepercayaan pada angkatan atas. Rasanya seperti lompat ke jurang mungkin ya setelah tahu ternyata dia yang ngasih tahu. Seorang yang kuat agamanya, namun mulutnya (ember) tidak bisa menjaga rahasia. Aku cukup tahu saja dengan dia.

Hampir saja dari kebocoran rahasia itu membuat perkelahian antara angkatanku dengan angkatan atas. Harusnya yang bernama Dedy itu malu akan mulut dan sikap ketidakdewasaannya itu. Dari situ angkatanku sudah nggak percaya dengan segala omongan dia. Dan mungkin dari situ pula angkatan kami menjadi brontak kepadanya. Berbeda dengan angkatan atas satu tingkat kami yang begitu nurut akan dia, begitu pun dengan angkatan baru, mereka begitu patuh dan nurut sekali akan omongan pembimbing itu.

Kalian harus tahu buruknya orang yang kalian percaya...
Suatu saat kalian akan tahu keburukannya...

0 komentar :

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Danu Arianto
Hai... Aku memanggil diriku sendiri dengan sebutan DNA. Asalnya sih dari namaku sendiri (D)a(N)u (A)rianto. Walaupun terkesan maksa, tapi lumayan banyak yang inget sama ID-ku ini :D jadi panggil aku DNA... Namaku Danu, kalau kata mamahku. Nama Danu itu diambil dari nama salah satu tokoh peran sandiwara yang dulu masih lewat Radio, namanya Kaman Danu. Mamahku dulu suka sama cerita drama tersebut. Maka pelampiasannya itu lari ke namaku, Danu. :)) Mengapa aku memakai kata Blangkon? Ya mungkin itu jadi pertanyaan tersendiri. Di sini aku juga menjabarkan dikit mengapa aku memilih kata itu. Blangkon itu kan sebenarnya penutup kepala seperti topi, tapi versinya orang-orang Jawa. Nah, berhubungan dengan orang Jawa. Saat aku membuat blog ini, aku sedang berada di DI Yogyakarta. Kan blangkon itu sendiri menjadi ciri khas Jogja. Bentuknya pun unik dan elegan bila dipakai. Oleh karenanya aku memilih nama Blangkon. Blangkon itu penutup kepala pria khas Jawa dan DNA itu asal namaku. Jadi, Blangkon DNA itu cerita ala Danu yang menjadi ciri khas tentang kesehariannya yang unik. :)
Lihat profil lengkapku








Terima Kasih - Thank You - Matur Nuwun