Rabu, 28 Desember 2011

Tiga Bulan Sakit Hati 4

Lanjut ke cerita, ini aku singkat saja dan ini menjadi kisah klimaks dari yang namanya sakit hati. Waktu itu aku pas di kampus, aku melihat sang Ketua UKM ini telah selesai PKLnya. Aku hanya berkata “ohh” dalam hati. Lalu dia menghampiriku dengan berjabat tangan dan berkata “selamat ya”. Maksudnya apa aku bingung. Tapi mungkin karena aku telah menggantikannya. Tapi tidak tahu pasti. 

Selang berapa hari, kami rapat dengan undangan dari Dedy (seorang pembimbing). Di rapat itu dihadiri oleh Ketua yang asli UKM itu dan beberapa rekan angkatannya. Angkatanku dan angkatan baru disitu pun hadir. Kami hadir dengan dibagikan beberapa lembar agenda kegiatan selama tiga bula ke depan. Satu per satu dapat. Karena biasa setiap rapat selalu ada absensi, dan sekretaris sementara dari angkatan ku disuruh
mengeprint lembaran absensi oleh Dedy. Di rapat itu aneh sangat aneh, mungkin bukan hanya aku yang merasa seperti itu saja. Tapi temanku juga merasa seperti itu (sekretaris tadi). Kami merasa, sebenarnya siapa sih yang jadi Ketua UKM ini? Ketua yang asli sudah ada, ketua demisioner pun ada. Namun mengapa semua agenda dia (Dedy) yang bacakan.  Aku hanya senyum saja dengan temanku itu.

Saat itu, bukan cuma itu saja yang buat ku kaget, kecewa dan sakit hati. Ada suatu hal sepele yang membuat aku dan teman angkatanku sakit hati semua. Saat membuka halaman terakhir pada lembaran agenda itu, dibawah tertulis dengan jelas nama sekretaris dan ketua UKM itu beserta tanda tangannya. Ya nama itu diisi dengan nama dari pejabat aslinya dari angkatan atas, bukan nama Sang Demisioner lagi dari angkatan kami. Jujur aku sangat kecewa dan sakit hati sama tulisan itu. Aku telah berusaha, teman-temanku telah berusaha, namun hanya dengan hitungan detik nama itu semua lenyap cuma karena mereka sudah kembali.

Sampai temanku bertanya, “Dan, jabatanmu sudah habis ya jadi ketua?”.
“Iya kayanya sih, lagian kan mungkin sudah tiga bulan juga,” jawabku.
 Selesai rapat, salah satu temanku bertanya kepadaku, “Eh ngapain tuh si Abit (Ketua UKM) ikut rapat? Masih hidup dia?” canda.
“Nggak tahu ngapain,” jawabku.
“Terus jabatanmu pie sekarang,” tanya lagi.
“Ya nggak gimana-gimana, kan dia juga sudah balik” jawabku.
“Huh dasar, ada ucapan makasihnya nggak Dan,” celetuknya.
“Sama sekali nggak ada,” ucapku.
Saat kami sedang ngobrol, lalu si Dedy sedang berada di dekat kita. Lalu temanku sengaja dengan keras menyindir Dedy. “Huh dasar, nggak ucapin makasih. Nggak tahu diuntung.” Bukan aku saja ternyata yang merasa kecewa dan sakit hati, namun teman-teman yang lain pun merasakan hal sama sepertiku.
Aku ingat juga, waktu itu kami makan bersama dan membicarakan tentang Dedy. Semua malas dengan sikap dan sifatnya yang seperti itu. Aku cerita unek-unekku, teman-temanku juga sama. Ternyata temanku ada yang merasa kaget juga ketika melihat nama Ketuanya bukan aku lagi. Mereka yang tidak tahu, pada penasaran sama lembaran terakhir agenda itu.

Sebenarnya masalahnya sangatlah kecil, namun bila dipandang itu sangat jadi tidak menyenangkan. Masalahnya hanyalah tidak adanya sikap menghargai dengan angkatan kami. Susahkah berkata terima kasih. Paling itu hanya beberapa detik saja, namun efeknya saja sangatlah luar biasa. Sampai saat ini aku merasa sudah ditendang dan dilupakan. berbeda dengan beberapa bulan lalu. Kami seangkatan masih belum dianggap di UKM ini.

Mungkin ini menjadi kisah yang sangat berharga bagiku dan menyakitkan bagiku. Kisah nyata ini telah terjadi beberapa bulan yang lalu. Aku sudah memaafkan hal itu semua. Namun yang perlu diingat! sampai detik ini dan mungkin sampai aku mati nanti. Sakit hati ini masih akan ada dan tidak akan pernah hilang sedikit pun.

Dan perlu diingat, aku ada sampai sekarang bukan karena aku peduli. Namun aku hanya butuh dan peduli pun itu hanya karena angkatan dibawahku. Jangan sampai mereka menjadi robot darinya. 

Hati-hati, jangan cepat merasa besar  ya Sang Pembimbing UKM...!!!

Salam Blangkon...

2 komentar :

CACATAN SI NGANA mengatakan...

guwe bener2 salut ma mantan ktua ukm yg satu ni...guwe ksh 4 jari jemp9olku deh.heheheh
tp bner jg ko pak manket,sbnrnya tmn2 jg sm mrskn sprt ap yg pak manket rskan...moga diblik ni smua adlh jln kesuksesan wat smua angktn qt!!!hahhahaha

Danu Arianto mengatakan...

hhaha iya pakrekrut, amin...
mungkin ini saatnya saya berbicara dipublik :)
moga dia sadar dan ngerti kita.hha
anak2 lain biar nanti nyusul baca'y.hha ^.^

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Danu Arianto
Hai... Aku memanggil diriku sendiri dengan sebutan DNA. Asalnya sih dari namaku sendiri (D)a(N)u (A)rianto. Walaupun terkesan maksa, tapi lumayan banyak yang inget sama ID-ku ini :D jadi panggil aku DNA... Namaku Danu, kalau kata mamahku. Nama Danu itu diambil dari nama salah satu tokoh peran sandiwara yang dulu masih lewat Radio, namanya Kaman Danu. Mamahku dulu suka sama cerita drama tersebut. Maka pelampiasannya itu lari ke namaku, Danu. :)) Mengapa aku memakai kata Blangkon? Ya mungkin itu jadi pertanyaan tersendiri. Di sini aku juga menjabarkan dikit mengapa aku memilih kata itu. Blangkon itu kan sebenarnya penutup kepala seperti topi, tapi versinya orang-orang Jawa. Nah, berhubungan dengan orang Jawa. Saat aku membuat blog ini, aku sedang berada di DI Yogyakarta. Kan blangkon itu sendiri menjadi ciri khas Jogja. Bentuknya pun unik dan elegan bila dipakai. Oleh karenanya aku memilih nama Blangkon. Blangkon itu penutup kepala pria khas Jawa dan DNA itu asal namaku. Jadi, Blangkon DNA itu cerita ala Danu yang menjadi ciri khas tentang kesehariannya yang unik. :)
Lihat profil lengkapku








Terima Kasih - Thank You - Matur Nuwun