Rabu, 16 November 2011

Pengalaman Setahun Merapi 2



Nyambung dari cerita yang pertama. Pagi-pagi setelah bangun dan baca SMS serta lihat panggilan tak terjawab. Ku langsung tanya kabar mereka, karena mereka yang pasti sudah harus ngungsi.

Tanya adik sepupuku, ternyata dia nginep di rumah temannya di daerah terminal Jombor. Dan untuk sementara waktu dia di rumah temannya itu dulu. Ku pikir, yaudah kalau gitu. Lalu ku tanya temanku, dia katanya semalam mau numpang karena disuruh ngungsi. Namun karena aku ketiduran, jadinya dia langsung bablas ke rumahnya yang di Bantul. Yaudah aku pikir saudara & temanku aman.

Tanggal 5 November tepat hari Jumat, saat itu yang tadinya kampus bakal ngadain Makrab di daerah Solo namun karena situasinya nggak memungkinkan, jadinya semua dicancel. Ya mau gimana lagi coba, ada bencana masa tetap ngadain acara. Kan nggak pas toh yo...

Sebenarnya hari itu juga disuruh kumpul di kampus, namun karena aku emang sedikit waspada sama keadaannya jadi aku putusin buat nggak kemana-mana hari itu dan hari itu juga banyak teman yang ngajak dan nyuruh ku pulang ke kampung halaman (Bekasi), namun karena aku nggak mau kehilangan moment ini akhirnya ku tetap di Jogja. Besoknya (6/11) aku berani buat ke kampus karena sudah agak tenang dan ada acara relawan buat merapi juga. Dengan motor dan pakai masker mulut, aku merinding lihat keadaan di luar yang penuh sama abu Merapi. Pokoknya benar-benar ada gitu kejadian kayak gini.
Sampai kampus udah ada tim-tim yang siap jadi relawan. Karena aku telat, jadi aku nggak tahu masuk tim mana. Aku jadinya masuk tim pencari dana di jalan-jalan karena tim yang ke tempat pengungsian sudah penuh. Dengan jas almamater aku & teman-teman lainnya semua cari dana. Seru bisa cari dana buat merapi dengan hanya modal kardus. Tapi gak segampang itu juga. Justru berat banget, karena di jalan penuh dengan abu merapi yang kena angin dari kendaraan. Otomatis abunya terbang kemana-mana. Mata pedih banget kena abunya itu. Aku sama 2 orang temanku bergantian cari dana. Karena hujan abu mulai turun lagi, akhirnya kita putusin buat selesai dan balik ke kampus.

Tiba di kampus beberapa relawan langsung minta obat tetes mata termasuk aku. Semua kardus pengumpul dana dikumpulin dan dihitung bareng-bareng. Hasilnya lumayan banyak juga padahal cuma beberapa jam saja. Banyak hal lucu dan seru juga ternyata selama cari dana.hhaha....

Setelah selesai semua, aku dan temanku makan di warung padang. Di sana kita cerita tentang merapi dan yang buat ku tambah was-was dag-dig-dug adalah........ kata temanku yang melihatnya di acara TV. Ada berita bahwa letusan Merapi bakal sampai keraton.waaaahhh batinku nggak tenang. Karena ku nggak tahu harus kemana dan gimana nasibku kalau hal itu benar-benar terjadi.

0 komentar :

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Danu Arianto
Hai... Aku memanggil diriku sendiri dengan sebutan DNA. Asalnya sih dari namaku sendiri (D)a(N)u (A)rianto. Walaupun terkesan maksa, tapi lumayan banyak yang inget sama ID-ku ini :D jadi panggil aku DNA... Namaku Danu, kalau kata mamahku. Nama Danu itu diambil dari nama salah satu tokoh peran sandiwara yang dulu masih lewat Radio, namanya Kaman Danu. Mamahku dulu suka sama cerita drama tersebut. Maka pelampiasannya itu lari ke namaku, Danu. :)) Mengapa aku memakai kata Blangkon? Ya mungkin itu jadi pertanyaan tersendiri. Di sini aku juga menjabarkan dikit mengapa aku memilih kata itu. Blangkon itu kan sebenarnya penutup kepala seperti topi, tapi versinya orang-orang Jawa. Nah, berhubungan dengan orang Jawa. Saat aku membuat blog ini, aku sedang berada di DI Yogyakarta. Kan blangkon itu sendiri menjadi ciri khas Jogja. Bentuknya pun unik dan elegan bila dipakai. Oleh karenanya aku memilih nama Blangkon. Blangkon itu penutup kepala pria khas Jawa dan DNA itu asal namaku. Jadi, Blangkon DNA itu cerita ala Danu yang menjadi ciri khas tentang kesehariannya yang unik. :)
Lihat profil lengkapku








Terima Kasih - Thank You - Matur Nuwun