Setiap kota pasti memiliki hal yang
paling dibanggakan di kotanya masing-masing.
Nah seperti Tugu Jogja, Tugu Jogja
ini merupakan landmarknya Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini bisa dilihat secara langsung, karena tepat berada di tengah-tengah perempatan jalan. Tugu pun bisa menjadi poros segala arah. Mungkin kamu sudah tahu dan pernah lihat bentuk tugu yang
sekarang, tapi apakah tahu bentuk tugu yang dulu kayak apa. Lalu Tugu Jogja ini punya sejarah kayak apa sih. Jangan-jangan bagi kamu yang memang asli wong Jogja, cuma tahu tempat dan bentuknya itu kayak apa, tapi tidak tahu tentang sejarahnya. Nah, ini ada
kilasan sejarah tentang Tugu Jogja masa lalu dan sekarang.
Tugu Jogja adalah salah satu
bangunan peninggalan Sultan Hamengku Buwana I. Tugu Jogja yang hampir berusia 3 abad ini, memiliki makna yang dalam, sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta. Pembangunan Tugu tersebut dilakukan untuk memperingati rasa
kebersamaan raja dengan rakyat yang bersatu melawan Belanda yang pada saat itu
Pangeran Mangkubumi, sehingga
Pangeran Mangkubumi mendapatkan tanah Mataram.
Kira-kira Tugu Jogja ini didirikan
setahun setelah berdirinya Kraton Yogyakarta. Pada
saat awal berdirinya Tugu Jogja
ini secara tegas menggambarkan tentang Manunggaling Kawula Gusti semangat
persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Bisa dilihat, semangat
persatuan atau yang disebut golong gilig itu,
tergambar dengan jelas pada bangunan tugu.
Tiangnya berbentuk gilig atau silinder,
dan puncaknya berbentuk golong atau bulat,
sehingga disebut Tugu Golong Gilig.
Secara
rinci, saat awal
bangunan Tugu Jogja ini dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke
atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang
melingkar, sementara
bagian puncaknya berbentuk bulat.
Dan tinggi dari bangunan tugu itu sendiri pada awalnya mencapai 25 meter.
Semuanya berubah ketika gempa yang mengguncang Yogyakarta
pada tanggal 10 Juni 1867, membuat
bangunan tugu saat itu runtuh kira-kira sepertiganya dari bangunan awal. Bisa
dibilang saat bangunan tugu
runtuh itu merupakan keadaan transisi,
sebelum makna persatuan benar-benar tak tercermin lagi pada bangunan tugu.
Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889 saat pemerintah
Belanda merenovasi bangunan tugu dan diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1889. Tugu dibangun dengan bentuk persegi dengan tiap sisinya
dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam
renovasi tersebut. Bagian
puncak tugu tak lagi bulat tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Tinggi bangunannya pun sekitar 10 meter lebih rendah dari
bangunan awal. Sejak saat
itu bangunan tugu ini disebut juga sebagai De Witte Paal atau Tugu Putih.
Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda
untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja.
Namun melihat perjuangan rakyat dan raja Yogyakarta yang berlangsung bisa
diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil.
Dan hingga kini bentuk tugu yang ada merupakan hasil dari renovasi pemerintah
Belanda.
Dan ternyata tugu juga menjadi salah satu poros imajiner oleh
pihak Kraton Yogyakarta. Jika
ditarik garis lurus dari selatan ke utara atau sebaliknya, maka akan ditemukan garis lurus antara Laut selatan, Krapyak, Kraton
Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi.
Jadi itulah Tugu Jogja yang punya segudang sejarah didalamnya dan begitu
penting peranannya di kota Jogja ini.
Nah, bila anda
ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya sambil mengenang makna filosofinya, di sana tersedia bangku yang menghadap ke arah tugu untuk anda
nikmati bersama Tugu Jogja. Begitu
identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta membuat banyak mahasiswa perantau
mengungkapkan rasa senangnya setelah dinyatakan lulus kuliah dengan memeluk atau
bahkan mencium Tugu Jogja. Mungkin
hal itu sebagai ungkapan rasa sayang kepada Kota Yogyakarta yang akan segera
ditinggalkannya, sekaligus
ikrar bahwa suatu hari nanti akan mengunjungi kota Yogyakarta lagi.
Salam blangkon...